Sabtu, 01 Juni 2013

Beautiful Target

Title : Beautiful Target
Author : @Nurtika_21 (Rae In)
Genre : School Life, Romance, Family
Rating : PG-13
Length :Chaptered
Disclaimer :
Annyeong Haseyo ^^. Ini adalah fanfiction pertama yang niat banget pengen diteruskan. Yang lain rata-rata pada mandek dijalan… ehe. Oke, langsung aja ya dibaca, maaf kalo ada typo. Keep Reading ^^

Plot karya fiksi, ide cerita hanya milik saya. Dan tokoh-tokoh dalam cerita ini adalah milik tuhan. Don’t Plagiat.

#####
Hari ini adalah awal pembelajaran bagi siswa baru di Sekolah Offred High School. Banyak sekali siswa baru yang sudah berada di sekolah. Mereka terlihat senang dan sangat antusias karena ini adalah hari pertama masuk sekolah. Tak terkecuali adalah seorang perempuan yang tengah ber- ‘wah’ ria di gerbang sekolah. Tampak dari raut mukanya ia sangat mengangumi sekolah barunya ini. 
Bersama dengan seorang laki-laki disebelahnya, ia melangkahkan kakinya memasuki sekolah barunya.Tak jarang, ia memberi salam pada siswa lain yang dilewatinya. Padahal, dirinya tidak mengenal mereka.
Laki-laki disebelahnya hanya bisa berdecak kesal. Menurutnya, tingkah orang disampingnya ini terlalu ramah, ah bukan terlalu baik. Dasar perempuan terlalu baik.
“Kak, lihat papan pengumuman itu, yuk. Aku ingin melihat kelasku.” 
“Shireo. Ya! Cobalah memanggilku dengan sebutan ‘oppa’. Kau ini.”
“Andwae, itu terlalu aneh, kak. Oh.. panggilan itu membuatku geli. Hahahaha.”
“Ish. Yasudah, aku tidak mau menemanimu! Bye…”
Sang yeoja mendengus kesal. Ia heran, setiap berdebat dengannya -kakaknya- pasti ia yang harus mengalah. Dan pada akhirnya, ia harus menuruti keinginan kakaknya itu.
“Arraseo, Jin Ki oppa, temani aku melihat kelasku… oppa…” Orang yang disebut Jin Ki menatap adiknya dengan tatapa penuh kemenangan. ‘Kau tak akan bisa menang jika berdebat denganku.’Ucapnya dalam hati. “Ekhm.. baiklah nona Lee Jin Ra yang terhormat, oppa kesayanganmu yang keren ini akan menemanimu melihat kelas. Kajja!” 
#####

Cih. Apa yang dia bilang? Keren? Huh, harusnya aku tadi tidak menuruti keinginannya itu. Tapi, kalau dilihat oppaku ini memang keren. Ya, Lee Jin Ra kenapa kau malah memuji kakakmu? Jin Ra menggerutu dalam hati. Ia menyesali apa yang sudah ia ucapkan tadi pada kakaknya itu.

“Ah, oppa berhentilah merangkul pundakku. Banyak mata tajam yang sekarang menatap kita berdua. Apalagi mereka seolah-olah mengatakan ‘jangan-dekat-dekat-dengan-oppa-kerenku.’ Apakah itu tidak mengerikan?” Jin Ra mendesah pelan. Ini yang paling dibenci jika punya kakak yang popular disekolah. Hal seperti ini saja dia sudah mendapat suguhan tak enak dari fans kakaknya itu.

“Kasihan kau. Kusarankan untuk tidak memiliki wajah cantik nan imut seperti itu…” Pipi Jin Ra bersemu merah. Kakak apakah kau memujiku? Ah, hal langka yang kau lakukan, pikirnya.
“Kau kan dikira oleh mereka itu kau pacar baruku. Menurutmu? Lihat, yang namja keren dan tampan, sedangkan sang yeoja terlihat imut dan manis. Bukankah kita cocok satu sama lain?” Seketika raut muka Jin Ra berubah menjadi datar. Kupikir dia memujiku tadi, kenapa sekarang malah dia jadi narsis? Sebenarnya dia ini memujiku atau malah memuji dirinya sendiri? Aku bingung.

“Makanya, jangan dibawa bingung dong.” Jin Ra melongo. Hah, kenapa ia bisa tahu apa yang kupikirkan? Mungkinkah dia….
“Aku tidak memiliki ilmu hitam atau semacamnya. Raut mukamu itu mudah sekali untuk ditebak…” 

Jin Ra mengembungkan pipinya. Kebiasaanya jika ia merasa kesal. Jin Ra mengalihkan pandangannya dari oppanya itu. Takut jika dirinya ketahuan sedang berpikiran tentang hal yang sebenarnya tak perlu dipikirkan.

“Dasar yeoja aneh. Aku heran. Kenapa tuhan memberikanku adik sepertimu. Hah…” 

Jin Ra berhenti sejenak. 
Berusaha untuk menyerap perkataan oppanya.
 Dan… MWO?!

Jin Ra menginjak kaki oppanya. Sang empunya yang diinjak berteriak kesakitan. Tuh, kan, berani-beraninya dia menginjak kaki oppanya, apa ia tak tahu sopan santun? Jin Ki berdecak kesal.

“MWORAGO?!”

Jin Ki yakin suara adiknya bisa membuat orang tuli.

“Yak! Oppa! Kau secara tidak langsung menghinaku, tau!” Jin Ra mengamuk. Tak habis pikir kakaknya bisa mengatakan hal yang membuat darahnya mendidih.

Jin Ki merasa aura hitam mulai menguar dalam diri adiknya. Kurasa harus dihentikan. Tidak lucu seorang Lee Jin Ra sedang mengamuk, pikirnya. Ia memulai memasang strategi jitunya. Ber-aegyo-ria.

Namun sepertinya usahanya kali ini gagal.

Jin Ra berlari meninggalkan kakaknya seorang diri. Dalam hati, ia mengutuk kakaknya itu. Kenapa juga saat aku sedang emosi oppa malah memasang muka imut seperti itu. Membuatku tak bisa marah denganmu.

Ya, Jin Ra paling lemah jika kakaknya sudah mulai menunjukkan bakat ‘membuat wajah seimut mungkin’. Semua kata-kata pedas yang ingin dilontarkannya jadi terbuang percuma dari otaknya. 

Melihat adiknya yang sedang marah besar –sepertinya, ia bergegas mengejar adiknya itu. Banyak hal-hal yang mulai bermunculan diotaknya. Bagaimana jika ia mengadu pada appa? Ah, uang jajanku akan kemarau panjang. Atau, ia berniat bunuh diri? Mungkin saja kan, who knows?

Cepat-cepat ia memukul kepalanya. 

Adegan kakak beradik ini seperti sepasang kekasih yang memutuskan untuk berpisah. Dan si namja tak rela jika hal itu terjadi. Pada akhirnya, adegan kejar-kejaran pun tak terelakkan. Setidaknya, itu yang ada dibenak siswa yang melihat kejadian kejar-mengejar ini.

“Ya, dongsaeng manisku… kau salah paham! Aku…. AWAS!”

#####
Jin Ra tak menghiraukan teriakan dari sang kakak. Dipikirannya, ia harus balas dendam padanya. Ya, dengan berlari mengitari sekolah sepertinya bukan ide buruk.
Kecepatan larinya pun makin menggila, ia tak peduli dengan tatapan penasaran dari para siswa yang menatap kearahnya. 

Jin Ra membulatkan kedua matanya. Ia melihat seorang namja berjalan santai didepannya. Jin Ra tak bisa menghentikan laju kakinya.

“YA KAU MINGGIR, AKU TIDAK PUNYA REM!”

“Ya, dongsaeng manisku… kau salah paham! Aku…. AWAS!”

BRUKK

Tubuh Jin Ra terhempas ke lantai. Kepalanya terhantuk tepat mencium lantai. Pandangannya seketika berkunang-kunang. Samar-samar ia melihat seorang namja imut nan lucu dihadapannya. Apakah ia pangeranku? Tangannya begitu mungil dan lentik. Pipinya juga imut. Kulitnya putih. Astaga, matanya mengerjap dengan sangat imut. KYAAAA… tipe namja idamanku!

“Ya, agasshi! Gwechanayo?” Seketika kesadarannya pulih kembali. 

“Ah, mianheyo telah menabrakmu. Aku benar-benar minta maaf.” Bukannya menjawab pertayaan namja itu, dirinya malah meminta maaf. Dasar.

Sang namja tak memperdulikan yeoja dihadapannya. Ia sibuk mengumpulkan berkasnya yang berhamburan karena tertabak tadi.

Hyemi tidak tinggal diam. Ia segera membantu namja dihadapannya ini merapikan berkas yang berhamburan, sesekali ia meminta maaf namun tetap saaja tidak diindahkan.
######

TBC
Leave coment ya! Jangan lupa! ^^

1 komentar:

  1. part 2 dong, keren chingu ^^
    aku tunggu ya~~~
    oya, visit my blog too^^

    BalasHapus